Sabtu, 12 November 2016

Naskah Sosio Drama Battle of Surabaya

NASKAH  SOSIO DRAMA
PERTEMPURAN 10 NOVEMBER 1945

Ilustrasi/ by Ahmad Rizal Abdulah


Ahmad Rizal Abdullah                       sebagai            Soedirman,  Bung Tomo, Soekarno
Alvina Nuur Fitryana                          sebagai            Haryono, Koesno Wibowo, Pejuang
Rafaldy Rizky                                     sebagai            Gubernur Suryo
Feggy Febriyanti                                 sebagai            Mr. Ploegman, M Hatta, Manserg
Dwiki Fajar Ramdhani                        sebagai            ASW.Mallaby, Kyai Hasyim .A
Sabrina Dessy                                     sebagai            Kapten Shaw, Sidik
Suci Lestari                                         sebagai            Golden Smith, Tokoh TKR
Lidya Sulistiawati                                sebagai            Narator
Rakyat Surabaya/ Pasukan Sekutu/ Santri    :             Sukarelawan

Pada tanggal 17 Agustus 1945, telah dicetuskan sebagai kemerdekaan Indonesia, akan tetapi para sekutu tidak menerima kemerdekaan Indonesia. Jauh dari ibukota Batavia, terjadi sebuah perlawanan yang dilakukan rakyat Surabaya yang dikenal dengan sebutan PERTEMPURAN 10 NOVEMBER.
Pada akhirnya Belanda benar-benar datang ke Indonesia, tepatnya pada tanggal 15 September 1945. Mereka dibawah bendera NICA dengan berlindung mengatasnamakan pasukan  AFNEI (Allied Forces for Netherland East Indies), mendaratkan kapalnya di Tanjung Priok. Tujuan kedatangan AFNEI adalah untuk melucuti tentara dan senjata Jepang
Pada tanggal 31 Agustus 1945 Presiden Soekarno mengeluarkan maklumat yang menetapkan mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Merah Putih dikibarkan terus di seluruh Indonesia, gerakan pengibaran bendera makin meluas ke segenap pelosok kota. Di berbagai tempat strategis dan tempat-tempat lainnya, susul-menyusul bendera dikibarkan. Namun disebuah hotel yang menjadi markas tentara Belanda bendera Belanda dikibarkan, hal ini memancing amarah rakyat Surabaya hingga pada akhirnya tanggal 10 November 1945 terjadilah Pertempuran 10 November.


       ADEGAN I (Hotel Yamato)
                   Pukul 21:00 malam 18 September sekelompok Belanda dibawah pimpinan Mr. W.V.Ch. Ploegman secara diam-diam mengibarkan bendera kebangsaan Belanda. Keesokan harinya terjadi sebuah aksi heroik menuntut diturunkannya bendera (Merah-Putih-Biru) tersebut.
Koesno Wibowo         : Kurang ajar! mereka tidak tau diri! Kita ini bangsa merdeka. Ayo kita turunkan bendera busuk itu. (memberi semangat)
Rakyat Surabaya         : Turunkan Bendera Belanda.! Turunkan Bendera Belanda..!! (Demonstrasi di depan hotel Yamato)
Tiba-tiba datang rombongan Soedirman beserta Sidik menenangkan suasana dengan mencoba berunding didalam Hotel Yamato.
Soedirman                   : Tenang.. tenang.. saya akan mencoba bicara dengan mereka (sambil mengangkat kedua tangannya,)
Setelah suasana menjadi tenang, rombongan Soedirman pun masuk ke dalam hotel. Soedirman dan Ploegman duduk berunding, Sidik dan Koesno Wibowo mengawal dari dekat.
Mr. Ploegman              : Soediman.. how are you? Silakan duduk, Mau apa you datang kesini?
Soedirman                   : Kami  minta agar kalian menurunkan bendera kalian itu sekarang juga! (Berbicara dengan lantang dan tegas)
Mr. Ploegman              : hahaha.. atas dasar apa you berani memerintah saya? (tertawa dengan sinis)
Soedirman                   : Presiden Soekarno telah memerintahkan agar bendera Merah-Putih dikibarkan diseluruh wilayah Republik Indonesia.
Mr. Ploegman              : Tidak bisa! You harus tau kalau kami tidak mengakui you punya negara. (marah dan menodongkan pistol kearah soedirman)
Sidik yang berada didekat Soedirman tidak bisa menerima  gelagat Ploegman.
Sidik                            : Dasar kau biadab..! (menendang pistol Ploegman dan mencekiknya hingga tewas, namun dirinya juga tewas ditembak pengawal Ploegman)
Situasi memanas, Soedirman keluar dan Koesno Wibowo mengobarkan tanda perlawanan untuk menurunkan bendera Belanda.
Koesno Wibowo         : Turunkan bendera Belanda..!
Soedirman                   : Haryono, cepat kau turunkan bendera Belanda! (memberi perintah.)
Koesno Wibowo         : Siap Laksanakan. Ayo Bung Koesno kita kibarkan Sang Merah Putih.
Diiringi teriakan penuh semangat, Haryono dan Koesno Wibowo memanjat dan merobek bendera Belanda yang berwarna biru, hingga menyisakan bendera Merah-Putih berkibar gagah.
Rakyat Surabaya         : Turunkan bendera Belanda.! Turunkan bendera Belanda..!!
Soedirman                   : Kepada Sang Merah Putih, Hormat gerak.! (dengan khidmat semua memberi penghormatan pada bendera Merah Putih) Tegak Gerak, Merdeka..!
Dengan teriakan merdeka itu rakyat Surabaya menyambut kemenangan mereka dengan penuh suka cita.


ADEGAN II (Pelabuhan Tanjung Perak)
Sekitar 6000 orang pasukan dikirim sekutu ke Surabaya pada 25 Oktober 1945. Awalnya mereka disambut baik namun karena adanya tentara NICA yang ikut dalam rombongan pimpinan A.W.S. Mallaby itu, mereka mulai mendapat penolakan bahkan perlawanan.
AWS Mallaby             : Akhirnya aku sampai juga di indonesia. Akan aku kuasai semua daerah di Indonesia ini. Hahahaha.. (pasukannya ikut tertawa) Pasukan!!!
Seluruh Prajurit           : Siap Jenderal ! (memberi hormat)
AWS Mallaby             : (membalas hormat) Bagaimana keadaan pasukan kita?
Golden Smith              : Lapor Jenderal semua pasukan sudah siap, tinggal menunggu perintah.
AWS Mallaby             : Bagus.... Bagus... (tersenyum sinis) Kapten Shaw!
Kapten Shaw              : Siap Jendral!
AWS Mallaby             : Siapkan pasukanmu, laksanakan kejutan khusus untuk mereka. (menatap sinis) Sementara yang lain, siapkan keberangkatan kita menuju Gubernur Surabaya!
Golden Smith              : Siap laksanakan perintah Jendral.
Seorang kawan Bung Tomo yang menyaksikan kedatangan pasukan Inggris segera melapor kepada Bung Tomo. Bung Tomo pun mengabarkan kedatangan Inggris secara meluas.


ADEGAN III (Kantor Gubernur Surabaya)
            Keesokan harinya, Gubernur Suryo mencapai kesepakatan dengan AWS. Mallaby di kantor Gubernur pada 26 Oktober 1945, bersama Bung Tomo dan pasukan Residen Soedirman.
Golden Smith              : Sampaikan kedatangan kami kepada tuan anda. (berbicara kepada Haryono)
Haryono                      : Nuwun sewu Gubernur, ada pasukan AWS.Mallaby diluar. (melapor kepada Gubernur)
Gubernur Suryo          : Persilakan mereka masuk.
Pasukan Inggris pun masuk setelah dipersilahkan oleh Haryono.
AWS.Mallaby             : Hai tuan Suryo, apa kabar? (menyapa dengan hangat)
Gubernur Suryo          : (membalas sapaan dengan menjabat tangan) Silahkan duduk. (mereka pun duduk)
AWS.Mallaby             : Mari kita bicarakan terkait kedatangan kami ke Surabaya.
Mereka pun memulai perundingan dengan hangat, kesepakatan pun berhasil diraih kedua pihak, diantaranya: Inggris berjanji bahwa diantara mereka tidak terdapat angkatan perang Belanda, disetujuinya kerjasama menjamin keamanan, membentuk biro kerjasama, dan Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang.
Gubernur Suryo          : Alhamdulillah, kita sudah sepakat. Saya harap kalian menepati janji. (berdiri dan berkata tegas)
Golden Smith              : Ya tentu, terimakasih atas sambutan tuan. (berjabat tangan lalu pergi)
            Namun alih-alih menepati janji, pada malam harinya pasukan Kapten Shaw dibawah perintah AWS. Mallaby menyerbu penjara kalisosok membebaskan para tawanan perang Jepang salah satunya Kolonel Huiyer. Keesokan harinya perang pun tidak terhindarkan.



ADEGAN IV (Gedung Bank Internatio)

                   Pada 27 Oktober pasukan sekutu behasil merebut berbagai tempat strategis salah satunya Lanud Tanjung Perak, Kantor Pos dan objek vital lainnya. Sekitar pukul 11:00 kapal udara dakota milik sekutu menyebarkan Pamflet ke penjuru kota. “Barang siapa yang memiliki senjata dan menolak untuk menyerahkannya kepada tentara Sekutu, akan ditembak ditempat.” demikian bunyi pamflet itu. Perintah diberikan oleh Komandan Divisi Surabaya, Mayor Jenderal Yonosewoyo sekitar pukul 04.30 WIB untuk menentang isi pamphlet sekutu. Usai subuh, serangan besar-besaran pun mulai dilancarkan dengan satu tekad, tentara Inggris yang membantu Belanda harus dihalau dari Surabaya.
AWS. Mallaby            : Persons beeing arms and refusing to deliver them to the Allied Forces are liable to be shoot.
                   Menyadari mendapatkan tekanan dari arek-arek Surabaya, AWS Mallaby menghubungi Presiden Soekarno guna meredakan situasi. 30 Oktober pukul 11:30 rombongan Jakarta tiba dan melaksanakan perundingan dengan Inggris, yaitu Soekarno, M. Hatta, beserta Amir Syarifuddin.

AWS. Mallaby            : Oh Tuhan.. akhirnya yang mulia datang juga.
Soekarno                     : Baiklah, mari kita segera mulai perundingan! (terburu-buru dan langsung masuk lalu duduk tanpa dipersilahkan)
Perundingan pun berjalan cukup alot, namun akhirnya mereka mencapai kata sepakat, diantaranya; selebaran pamflet dianggap tidak sah dan diadakannya gencatan senjata. Seluruh peserta perundingan berjabat tangan, rombongan Soekarno pun kembali ke Jakarta.
Moh. Hatta                  : Kami sangat mengharapkan anda tidak melanggar perjanjian.
AWS. Mallaby            : Kami sangat menghargai tuan-tuan.
Setelah perundingan, kontak senjata dibeberapa titik masih berlangsung. Hal ini karena kurangnya komunikasi mengenai perjanjian gencatan senjata. Bahkan menjelang sore hari Gedung Bank Internatio sempat dikepung oleh arek-arek Surabaya.


ADEGAN V (Jembatan Merah)
Hingga pada pukul 17:00 tragedi fatal pun terjadi, di Jembatan Merah dekat Gedung Bank Internatio. Jendral AWS. Mallaby tewas dibunuh pejuang Indonesia yang tidak diketahui identitasnya.
Pejuang Indonesia       : Seraang..!!! (keluar dari tempat persembunyian)
Dengan gagah berani para pejuang Indonesia menghadang dan menyerang mobil rombongan sekutu hingga menewaskan AWS. Mallaby.
Pejuang Indonesia       : Mati kau!!! (menembak AWS.Mallaby dan meledakkan mobilnya dengan granat.)
Ledakan mobil AWS. Mallaby disambut teriakan kemenangan penuh semangat.
Pejuang Indonesia       : Merdeka! Merdeka!! Merdeka!!!


ADEGAN VI (Jalanan Surabaya)
Setelah terbunuhnya AWS. Mallaby, kejadian ini menjadi sorotan tajam dikalangan negara-negara sekutu. Akhirnya kerajaan Inggris mengirim bala bantuan, dan Mayor Jendral Manserg dijadikan sebagai komandan sekutu di Surabaya menggantikan AWS Mallaby. Dan pada 9 November 1945 Manserg mengeluarkan ultimatum sebagai respon kemarahan atas terbunuhnya AWS. Mallaby.
Manserg                      : “Semua pemimpin dan para pemuda Indonesia harus menyerahkan senjatanya ditempat-tempat yang telah ditentukan. Kemudian menyerahkan diri sambil mengangkat tangan, selambat-lambatnya pukul 06:00 tanggal 10 November 1945. Jika sampai batas waktunya tidak menyerahkan senjata, maka Surabaya akan kami serang dari darat, laut, dan udara.”(berkata dengan lantang dan tegas).
Mendengar ultimatum yang dikeluarkan Manserg ternyata tidak membuat gentar are-arek Surabaya. Namun dibalas dengan seruan jihad yang disampaikan KH Hasyim Asy’ari pada 9 November mampu menyebar hebat ke berbagai daerah di Jawa Timur, dan mendorong mereka ke Surabaya dalam rangka jihad Fii Sabilillah.
Kyai Hasyim Asy’ari  : Perkataan Kyai Hasyim Asy’ari

Rakyat Surabaya         : Usir sekutu! Usir sekutu!, Allahu Akbar! Allahu Akbar! (Menyambut kedatangan para santri Jawa Timur.)


ADEGAN VII (Kantor Gubernur Surabaya)
Setelah kabar ultimatum, pertemuan tokoh-tokoh Surabaya diadakan dikantor dinas Gubernur Suryo. Hadir dalam pertemuan itu Bung Tomo, beberapa tokoh organisasi seperti KH Hasyim Asy’ari dan kyai pondok pesantren Jawa lainnya, serta tokoh-tokoh TKR. Keputusannya mereka menolak ancaman pihak inggris tersebut.
Gubernur Suryo          : Kita sudah sepakat bahwa Surabaya menolak, ultimatum inggris itu!
Tokoh TKR                 : Baiklah, saya akan mempersiapkan pasukan.
Kyai Hasyim Asy’ari  : Seluruh santri Jawa Timur siap berjihad dijalan Allah.
Bung Tomo                 : Mari kita satukan kekuatan kita untuk menghabisi mereka.
Gubernur Suryo          : Merdeka!
Semua                         : Merdeka!!!
Usai perundingan singkat itu, seluruh komponen Surabaya bersatu dengan satu suara perang melawan sekutu.


ADEGAN VIII (Radio Pemberontak & Pondok Pesantren)
            Para tokoh kemudian mempersiapkan perlawanan, sementara para Kyai berdakwah dihadapan santri-santrinya,  Bung Tomo mengobarkan jiwa arek-arek Surabaya dengan pidatonya yang mengguncangkan Surabaya.
Kiyai Hasyim Asy’ari  :Indonesia ini adalah negeri yang dirahmati Allah!, kita harus mempertahankan Surabaya dari sekutu iblis itu. Allahu Akbar! Allahu Akbar!! (berbicara dihadapan ratusan santrinya)

Bung Tomo                 : Pidato Bung Tomo (pidato Bung Tomo lewat radio membakar semangar arek-arek Surabaya)

Para Santri                    : Allahu Akbar! Allahu Akbar!!.

Rakyat Surabaya          : Allahu Akbar! Allahu Akbar!!.

Rakyat Surabaya menyambut pidato KH Hasyim Asy’ari dan Bung Tomo dengan teriakan lantang.


ADEGAN IX (Kota Surabaya)
Hingga pada akhirnya pecahlah Pertempuran 10 November karena pihak Indonesia tidak menghiraukan ultimatum.
Manserg                      : Dimana senjata mereka? Dimana! (marah, berbicara pada pasukannya)
Bung Tomo                 : Kami tidak akan menyerahkan Surabaya kepada kalian! Langkahi dulu darah yang berapi-api ini!
Manserg                      : Kurang ajar! kalian akan takluk dalam tiga hari ditanganku.
Pertempuran pun terjadi
Semua                         : Serang!!!
Pada mulanya rakyat Surabaya berhasil menekan sekutu, namun karena menghadapi senjata canggih, rakyat Surabaya pun kewalahan. Perlawanan rakyat  yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak teratur, namun makin hari makin teratur. Walau demikian, hingga pada akhirnya Surabaya pun takluk dalam waktu tiga minggu.
            Pada tanggal 30 November 1945, sepanjang mata memandang bergelimpangan mayat terbujur kaku, hangus, serpihan daging dari ribuan orang. Sekutu harus membayar sangat mahal dalam penaklukan Surabaya ini. Ratusan ribu orang menderita dan harus meninggalkan Surabaya, kebanyakan dari mereka mengungsi ke Sidoardjo dan Mojokerto.


PERHATIAN: Untuk Perkataan KH Hasyim Asy’ari dan Pidato Bung Tomo, serta Kesimpulan dari Pertempuran 10 November dalam naskah ini akan diterbitkan dalam artikel berbeda. Jika terdapat kekeliruan atau masukan silakan hubungi penulis

    Choose :
  • OR
  • To comment
1 komentar:
Tulis komentar