![]() |
Foto: Dejan Antonic dan Djanur Pelatih dibandingkan Bobotoh | Cerita TREND |
Hari
itu adalah hari Sabtu tanggal 28 Mei 2016, harinya Persib bertanding melawan Madura United pada lanjutan pertandingan
TSC 2016. Setelah hampir kalah dilaga sebelumnya, Persib dituntut menang pada
laga itu. Pertandingan itu adalah pertandingan yang ditunggu-tunggu oleh
Bobotoh seperti layaknya pertandingan pertama Persib di TSC. Selain ingin
melihat Maung Bandung menang lagi, saat itu Bobotoh juga menantikan penampilan
perdana Sergio Van Dijk yang kembali setelah sempat keluar dari Persib.
Pertandingan itu baru akan memulai kick off
pada jam 19:00, itulah kabar terakhir yang saya dapatkan tentang waktu
dimulainya kick off pertandingan. Padahal sebelumnya diagendakan mulai jam
18:30, molornya jadwal kick off sendiri dikarenakan Persib diprediksi bakal
ngaret tiba di Jalak Harupat. Walau kenyataannya peluit dibunyikan tidak pada
jam yang diagendakan, lebih tepatnnya diantara jam-jam yang diagendakan, lebih
dari jam 18:30 dan kurang dari 19:00, Hadeeeh.
“Gak ada yang bisa dipercaya!, ...kaya dia..,”
kesal saya melihat beragamnya kabar berita di mbah Google.
Adzan Magrib berkumandang, semuanya bersiap
mengambil wudhu dan televisi pun dimatikan, tapi hanya untuk sementara.
Beberapa menit setelah penghuni rumah
selesai melaksanakan shalat magrib, tak lama televisi mulai menyala lagi. Biasanya televisi selalu dimatikan
pada jam-jam itu, karena begitulah kebiasaan yang dibawa dari mamah yang anak
pasar rebo (perkampungan Arab di Purwakarta). Sebenernya gak harus anak pasar
rebo juga sih, sebagai muslim rasanya di waktu magrib adalah waktu yang tepat
untuk beribah lebih banyak dan juga lebih baik.
TELEVISI YANG
TOLERAN DAN MEREKA MAKLUM
Walau kadang bandel karena nonton televisi
diwaktu magrib, tapi yang namanya kadang yah jarang terjadi. Untungnya punya Abah
(Bapak) dan Mamah orangnya pekaan sih, kalo lihat televisi nyala di jam-jam itu yang ada dipikiran mereka adalah
sama.
“..kalau gak Persib, yah Indonesia”, maklum mereka.
Untungnya saat itu gak ada kegiatan penting
selain suara Abah yang setia membaca ayat suci Qur’an, suara komentator pun
dimulai dari volume 1 (satu). Semakin menuju Isya suara televisi pun semakin ke telinga, hingga tidak ada lagi lantunan
ayat-ayat suci barulah suara televisi
terdengar sempurna.
CARA BERSISIR
PERSIB
Walau yang sering ngaji bukan dia tapi dialah
yang paling riweuh (repot). Dia disini adalah Aa (kakak lelaki) saya, yang
selalu repot diwaktu magrib dengan aktivitas mandinya.
“Yeeh magrib oge (juga),”sewotnya keluar
dari kamar mandi lalu cepat masuk ke kamar diselimuti handuk baunya.
Saya memang sengaja gak mau ngejawab
omongan sewotnya itu, cukup dengan naikan volume suara televisi maka musnahlah
keropotannya itu. Musnahnya itu adalah karena yel-yel Bobotoh yang jadi penyebabnya. Mengetahui Persib ada di televisi, seketika sisiran rambutnya tidak terkontrol. Tapi terkadang saat tau Persib di televisi malah semakin repot,
termasuk saat itu.
“Kapan Persib
mainnya Zal?, Siapa aja yang main Zal? Si Kim main gak?, Zulham kapan dimaikan?
..Kudu nya si Sergio langsung main!,” tanyanya bertubi-tubi.
Dengan sabar saya jawab satu demi satu
pertanyaannya, walau ingin rasanya saya buatkan buku kamus Persib agar dia bisa dijawabnya sendiri. Tidak heran sebenarnya
melihat begitu repotnya dia, karena dialah pemilik kartu anggota pendukung Persib.
SIARAN BOLA VS
PSSI (Persatuan Siboy Seluruh Indonesia)
Ketika
anthem TSC itu mulai terdengar, maka
semuanya fokus ke arah televisi. Tak
terkecuali dengan saya yang langsung minum segelas air sekedar mempersiapkan
diri dikalau perdebatan sengit terjadi.
Sulit dipercaya! tidak ada perdebatan antar
mulut didepan televisi, namun seperti biasanya setiap yang punya suara silih
berganti menyaingi suara televisi yang sudah pada batas maksimal pendengaran.
Lebih tepatnya saat itu kita malah berdebat dengan siaran televisi nya,
terutama saya!
“Ahh payah.. niat gak sih!,” kesal saya
ketika replay dihalangi logo sponsor yang lama gila nangkringnya.
Sebagai penonton layar kaca wajar saja jika menjadi sewot juga nyolot kalau
siaran televisi tidak profesional
membuat kita ingin nakol (memukul) itu televisi.
“Yeh tipi (tv) teh ngajak gelut
(berantem),” kesal si kakak ikut-ikutan nyolot, tapi seketika terdiam kalau
cewe yang disorot kamera.
“Pindahin ajah, mending nonton si Boy,” teriak
Mamah yang sedang masak makan malamnya di dapur.
PINDAH SAJA
DUKUNG AREMA
![]() |
Foto: Logo Arema dan Persib | Cerita TREND |
Dan hingga menit menunjukan angka 90 skor
dua telor menghiasi sisi tribun Jalak Harupat. Beragam kata dan kalimat pun
berdatangan silih berganti bahkan hingga selesainya pertandingan, tapi tidak
ada yang bisa menandingi kata-kata ini;
“Pindah aja jangan dukung Persib lagi, meni
hararese (susah) Persib mah!. Arema mah kemaren menang 3-0 zal, coba sama Arema
(lawan Madura United) pasti udah telak tah.., ” sahut Mamah dengan mulut penuh
makanan yang dikunyah olehnya.
Begitulah Mamah saya, walau kadang pundung gara-gara
ketinggalan si Boy, tapi dia lumayan konsen kan di dunia bola (hehehe). Tapi
sayangnya Mamah saat itu sedang so-konsen, padahal kan kemarin Arema juga
hampir kalah dengan Madura United dan pada akhirnya skor pertandingan pun sama
0-0.
Belum sempat saya merespon pernyataan Mamah itu,
tiba-tiba...
Priit.. wasit meniupkan peluit tanda
berakhirnya pertandingan Persib melawan
Madura United di stadion Si Jalak Harupat (28/05/2016) dengan skor akhir
0-0, dan sayangnya suara peluit wasit masih tetap saja saya dengar lewat
speaker televisi.
Dan seperti biasanya lagi setelah
pertandingan berakhir selalu diiringi komentar disana-sini, dari A sampai Z.
Dari mulai Belencoso yang mandul, Kim yang ya gitulah, sampai pertanyaan gak
penting tentang Sergio.
“..kok si itu botak terus sih kak?,” tanya
adik saya menunjuk SVD dilayar kaca.
Tapi gak ada yang lebih heboh selain;
“..buru
(cepat) pindahin ke si Boy, buru (cepat) ih mau udahan nih...,” perintah sang
Mamah sambil mencari-cari remote televisi.
Begitulah Cerita
TREND dari supporter layar kaca yang punya harapan sama dengan cam-macam
supporter lainnya. Pesan dari kisah ini adalah, Pertama.. Beribadah adalah hal yang paling penting, Kedua.. Jadilah Suporter yang senantiasa dewasa
(mengontrol diri sendiri) sehingga janganlah sampai penampilan kamu berantakan,
Ketiga.. Jadilah suporter layar kaca yang
kritis dengan layarnya, Keempat.. Sabar-sabarlah
menghadapi pecinta sinetron, dan yang selanjutnya silakan cari sendiri.
- Cerita TREND ini bukan hanya fiktif belaka, apabila ada
kesamaan tokoh, tempat, dan Kisah, ahh mungkin itu hanya perasaan kamu saja.. dan jika sudah baca
silakan banjiri komentar kamu dibawah! –
Tidak ada komentar:
Tulis komentar