NASKAH
SOSIO DRAMA
PERTEMPURAN 10 NOVEMBER 1945
Ahmad Rizal Abdullah sebagai Soedirman, Bung Tomo, Soekarno
Alvina Nuur Fitryana sebagai Haryono, Koesno Wibowo, Pejuang
Rafaldy Rizky sebagai Gubernur Suryo
Feggy Febriyanti sebagai Mr. Ploegman, M Hatta, Manserg
Dwiki Fajar Ramdhani sebagai ASW.Mallaby, Kyai Hasyim .A
Sabrina Dessy sebagai Kapten Shaw, Sidik
Suci Lestari sebagai Golden Smith, Tokoh TKR
Lidya Sulistiawati sebagai Narator
Rakyat Surabaya/
Pasukan Sekutu/ Santri : Sukarelawan
Pada tanggal 17 Agustus 1945, telah dicetuskan sebagai kemerdekaan
Indonesia, akan tetapi para sekutu tidak menerima kemerdekaan Indonesia. Jauh
dari ibukota Batavia, terjadi sebuah perlawanan yang dilakukan rakyat Surabaya yang dikenal dengan sebutan PERTEMPURAN 10 NOVEMBER.
Pada akhirnya Belanda benar-benar datang ke
Indonesia, tepatnya pada tanggal 15 September 1945. Mereka dibawah bendera NICA
dengan berlindung mengatasnamakan pasukan
AFNEI (Allied Forces for
Netherland East Indies), mendaratkan kapalnya di Tanjung Priok. Tujuan
kedatangan AFNEI adalah untuk melucuti tentara dan senjata Jepang
Pada
tanggal 31 Agustus 1945
Presiden Soekarno mengeluarkan maklumat yang menetapkan mulai 1 September 1945
bendera nasional Sang Merah Putih dikibarkan terus di seluruh Indonesia,
gerakan pengibaran bendera makin meluas ke segenap pelosok kota. Di
berbagai
tempat strategis dan tempat-tempat lainnya, susul-menyusul bendera dikibarkan. Namun
disebuah hotel yang menjadi markas tentara Belanda bendera Belanda dikibarkan, hal ini
memancing amarah rakyat Surabaya
hingga pada akhirnya tanggal 10 November 1945 terjadilah Pertempuran 10 November.
ADEGAN I (Hotel Yamato)
Pukul 21:00 malam 18 September sekelompok Belanda dibawah pimpinan Mr.
W.V.Ch. Ploegman secara diam-diam mengibarkan bendera kebangsaan Belanda.
Keesokan harinya terjadi sebuah aksi heroik menuntut diturunkannya bendera (Merah-Putih-Biru) tersebut.
Koesno
Wibowo : Kurang ajar! mereka tidak
tau diri! Kita ini bangsa merdeka. Ayo kita turunkan bendera busuk itu. (memberi semangat)
Rakyat Surabaya :
Turunkan Bendera Belanda.! Turunkan Bendera Belanda..!! (Demonstrasi di depan hotel Yamato)
Tiba-tiba datang rombongan
Soedirman beserta Sidik menenangkan suasana dengan mencoba berunding didalam
Hotel Yamato.
Soedirman :
Tenang.. tenang.. saya akan mencoba bicara dengan mereka (sambil mengangkat kedua tangannya,)
Setelah suasana menjadi
tenang, rombongan Soedirman pun masuk ke dalam hotel. Soedirman dan Ploegman duduk berunding, Sidik dan Koesno
Wibowo mengawal dari dekat.
Mr. Ploegman : Soediman.. how are you? Silakan
duduk, Mau apa you datang kesini?
Soedirman :
Kami minta agar kalian menurunkan
bendera kalian itu sekarang juga! (Berbicara
dengan lantang dan tegas)
Mr. Ploegman :
hahaha.. atas dasar apa you berani memerintah saya? (tertawa dengan sinis)
Soedirman :
Presiden Soekarno telah memerintahkan agar bendera Merah-Putih dikibarkan
diseluruh wilayah Republik Indonesia.
Mr. Ploegman :
Tidak bisa! You harus tau kalau kami tidak mengakui you punya negara. (marah dan menodongkan pistol kearah
soedirman)
Sidik yang berada didekat Soedirman tidak bisa menerima gelagat Ploegman.
Sidik : Dasar kau
biadab..! (menendang pistol Ploegman dan
mencekiknya hingga tewas, namun dirinya juga tewas ditembak pengawal Ploegman)
Situasi memanas, Soedirman keluar dan Koesno Wibowo mengobarkan tanda perlawanan untuk menurunkan bendera Belanda.
Koesno
Wibowo :
Turunkan bendera Belanda..!
Soedirman :
Haryono, cepat kau turunkan bendera Belanda! (memberi perintah.)
Koesno
Wibowo : Siap
Laksanakan.
Ayo Bung Koesno kita kibarkan Sang Merah Putih.
Diiringi teriakan penuh
semangat, Haryono dan Koesno Wibowo memanjat dan merobek bendera Belanda yang berwarna biru, hingga menyisakan bendera
Merah-Putih berkibar gagah.
Rakyat Surabaya : Turunkan bendera Belanda.! Turunkan bendera Belanda..!!
Soedirman :
Kepada Sang Merah Putih, Hormat gerak.! (dengan khidmat semua memberi penghormatan
pada bendera Merah Putih) Tegak Gerak, Merdeka..!
Dengan teriakan merdeka itu rakyat
Surabaya menyambut kemenangan mereka dengan penuh
suka cita.
ADEGAN II (Pelabuhan
Tanjung Perak)
Sekitar 6000 orang pasukan dikirim sekutu ke Surabaya pada 25 Oktober
1945. Awalnya mereka disambut baik namun karena adanya tentara NICA yang ikut
dalam rombongan pimpinan A.W.S. Mallaby itu, mereka mulai mendapat penolakan bahkan perlawanan.
AWS Mallaby : Akhirnya aku sampai juga di indonesia. Akan aku kuasai
semua daerah di Indonesia ini. Hahahaha.. (pasukannya
ikut tertawa) Pasukan!!!
Seluruh Prajurit : Siap Jenderal ! (memberi hormat)
AWS Mallaby : (membalas
hormat) Bagaimana keadaan pasukan kita?
Golden Smith : Lapor Jenderal semua pasukan sudah siap, tinggal
menunggu perintah.
AWS Mallaby : Bagus....
Bagus... (tersenyum sinis) Kapten
Shaw!
Kapten Shaw : Siap Jendral!
AWS
Mallaby : Siapkan pasukanmu, laksanakan
kejutan khusus untuk mereka. (menatap sinis) Sementara yang lain, siapkan
keberangkatan kita menuju Gubernur Surabaya!
Golden Smith : Siap laksanakan
perintah Jendral.
Seorang kawan Bung Tomo yang menyaksikan
kedatangan pasukan Inggris segera melapor kepada Bung Tomo. Bung Tomo pun mengabarkan
kedatangan Inggris secara meluas.
ADEGAN III (Kantor Gubernur Surabaya)
Keesokan harinya, Gubernur Suryo
mencapai kesepakatan dengan AWS. Mallaby
di kantor Gubernur pada 26 Oktober 1945, bersama Bung Tomo dan pasukan Residen
Soedirman.
Golden Smith :
Sampaikan kedatangan kami kepada tuan anda.
(berbicara kepada Haryono)
Haryono :
Nuwun sewu Gubernur, ada pasukan AWS.Mallaby diluar. (melapor kepada Gubernur)
Gubernur Suryo : Persilakan mereka masuk.
Pasukan Inggris pun masuk setelah dipersilahkan
oleh Haryono.
AWS.Mallaby : Hai tuan Suryo,
apa kabar? (menyapa dengan hangat)
Gubernur Suryo :
(membalas sapaan dengan menjabat tangan)
Silahkan duduk. (mereka pun duduk)
AWS.Mallaby : Mari kita bicarakan
terkait kedatangan kami ke Surabaya.
Mereka
pun memulai perundingan dengan hangat, kesepakatan pun berhasil diraih kedua
pihak, diantaranya: Inggris berjanji bahwa diantara mereka tidak terdapat
angkatan perang Belanda, disetujuinya
kerjasama menjamin keamanan, membentuk
biro kerjasama, dan
Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang.
Gubernur Suryo :
Alhamdulillah, kita sudah sepakat. Saya harap kalian menepati janji. (berdiri dan berkata tegas)
Golden Smith : Ya tentu, terimakasih atas sambutan tuan. (berjabat tangan lalu pergi)
Namun
alih-alih menepati janji, pada malam harinya pasukan Kapten Shaw dibawah
perintah AWS. Mallaby
menyerbu penjara kalisosok membebaskan para tawanan perang Jepang salah satunya
Kolonel Huiyer. Keesokan harinya perang pun tidak terhindarkan.
ADEGAN
IV (Gedung Bank Internatio)
Pada 27 Oktober pasukan sekutu behasil
merebut berbagai tempat strategis salah satunya Lanud Tanjung Perak, Kantor Pos
dan objek vital lainnya. Sekitar pukul 11:00 kapal udara dakota milik sekutu
menyebarkan Pamflet ke penjuru kota. “Barang siapa yang memiliki senjata dan
menolak untuk menyerahkannya kepada tentara Sekutu, akan ditembak ditempat.”
demikian bunyi pamflet itu. Perintah diberikan oleh Komandan Divisi Surabaya, Mayor Jenderal
Yonosewoyo sekitar pukul 04.30 WIB untuk menentang
isi pamphlet sekutu. Usai
subuh, serangan besar-besaran pun mulai dilancarkan dengan satu tekad, tentara
Inggris yang membantu Belanda harus dihalau dari Surabaya.
AWS.
Mallaby : Persons beeing arms
and refusing to deliver them to the Allied Forces are liable to be shoot.
Menyadari
mendapatkan tekanan dari arek-arek Surabaya, AWS Mallaby menghubungi Presiden
Soekarno guna meredakan situasi. 30 Oktober pukul 11:30 rombongan Jakarta tiba
dan melaksanakan perundingan dengan Inggris, yaitu
Soekarno, M. Hatta, beserta Amir Syarifuddin.
AWS. Mallaby : Oh Tuhan.. akhirnya yang mulia datang juga.
Soekarno :
Baiklah, mari kita segera mulai perundingan! (terburu-buru dan langsung masuk lalu duduk tanpa dipersilahkan)
Perundingan
pun berjalan cukup alot, namun akhirnya mereka mencapai kata sepakat,
diantaranya; selebaran
pamflet dianggap tidak sah dan diadakannya gencatan senjata. Seluruh peserta perundingan berjabat
tangan, rombongan Soekarno pun kembali ke Jakarta.
Moh. Hatta : Kami sangat mengharapkan anda tidak melanggar perjanjian.
AWS. Mallaby : Kami sangat menghargai tuan-tuan.
Setelah perundingan, kontak senjata
dibeberapa titik masih berlangsung. Hal ini karena kurangnya komunikasi
mengenai perjanjian gencatan senjata. Bahkan menjelang sore hari Gedung Bank
Internatio sempat dikepung oleh arek-arek Surabaya.
ADEGAN V (Jembatan Merah)
Hingga
pada pukul 17:00 tragedi fatal pun terjadi, di Jembatan Merah dekat Gedung Bank
Internatio. Jendral
AWS. Mallaby tewas dibunuh pejuang Indonesia yang tidak diketahui identitasnya.
Pejuang Indonesia : Seraang..!!! (keluar dari tempat persembunyian)
Dengan
gagah berani para pejuang Indonesia menghadang dan menyerang mobil rombongan
sekutu hingga menewaskan AWS. Mallaby.
Pejuang Indonesia : Mati kau!!! (menembak AWS.Mallaby dan meledakkan mobilnya dengan granat.)
Ledakan
mobil AWS. Mallaby
disambut teriakan kemenangan penuh semangat.
Pejuang Indonesia : Merdeka! Merdeka!! Merdeka!!!
ADEGAN
VI (Jalanan Surabaya)
Setelah terbunuhnya AWS. Mallaby, kejadian ini menjadi
sorotan tajam dikalangan negara-negara sekutu. Akhirnya kerajaan Inggris
mengirim bala bantuan,
dan Mayor Jendral Manserg dijadikan sebagai komandan sekutu di Surabaya menggantikan AWS Mallaby. Dan pada 9 November 1945 Manserg
mengeluarkan ultimatum sebagai respon kemarahan atas terbunuhnya AWS. Mallaby.
Manserg : “Semua pemimpin dan para pemuda Indonesia
harus menyerahkan senjatanya ditempat-tempat yang telah ditentukan. Kemudian
menyerahkan diri sambil mengangkat tangan, selambat-lambatnya pukul 06:00
tanggal 10 November 1945. Jika sampai batas waktunya tidak menyerahkan senjata,
maka Surabaya akan kami serang dari darat, laut, dan udara.”(berkata dengan lantang dan tegas).
Mendengar
ultimatum yang dikeluarkan Manserg ternyata tidak membuat gentar are-arek
Surabaya. Namun dibalas dengan seruan jihad yang disampaikan KH Hasyim Asy’ari
pada 9 November mampu menyebar hebat ke berbagai daerah di Jawa Timur, dan
mendorong mereka ke Surabaya dalam rangka jihad Fii Sabilillah.
Kyai Hasyim Asy’ari : Perkataan Kyai
Hasyim Asy’ari
Rakyat Surabaya : Usir sekutu!
Usir sekutu!, Allahu
Akbar! Allahu Akbar! (Menyambut
kedatangan para santri Jawa Timur.)
ADEGAN VII (Kantor Gubernur Surabaya)
Setelah
kabar ultimatum,
pertemuan tokoh-tokoh Surabaya diadakan dikantor dinas Gubernur Suryo. Hadir
dalam pertemuan itu Bung Tomo, beberapa tokoh organisasi seperti KH Hasyim Asy’ari dan kyai pondok pesantren Jawa lainnya, serta tokoh-tokoh
TKR. Keputusannya mereka menolak ancaman pihak inggris tersebut.
Gubernur Suryo : Kita sudah sepakat bahwa Surabaya
menolak, ultimatum inggris itu!
Tokoh TKR : Baiklah, saya akan mempersiapkan pasukan.
Kyai Hasyim Asy’ari : Seluruh santri Jawa Timur siap berjihad
dijalan Allah.
Bung Tomo : Mari kita satukan kekuatan kita untuk menghabisi
mereka.
Gubernur Suryo : Merdeka!
Semua : Merdeka!!!
Usai
perundingan singkat itu, seluruh komponen Surabaya bersatu dengan satu suara
perang melawan sekutu.
ADEGAN VIII (Radio Pemberontak & Pondok Pesantren)
Para tokoh kemudian mempersiapkan
perlawanan, sementara para
Kyai berdakwah dihadapan santri-santrinya,
Bung Tomo mengobarkan jiwa arek-arek Surabaya dengan pidatonya yang
mengguncangkan Surabaya.
Kiyai
Hasyim Asy’ari :Indonesia ini adalah negeri yang dirahmati Allah!, kita harus mempertahankan Surabaya dari sekutu iblis itu.
Allahu Akbar! Allahu Akbar!! (berbicara dihadapan ratusan
santrinya)
Bung Tomo : Pidato Bung Tomo (pidato Bung Tomo lewat radio membakar semangar arek-arek
Surabaya)
Para Santri
: Allahu
Akbar! Allahu Akbar!!.
Rakyat
Surabaya
: Allahu
Akbar! Allahu Akbar!!.
Rakyat Surabaya menyambut pidato KH Hasyim Asy’ari dan Bung Tomo dengan teriakan lantang.
ADEGAN IX (Kota Surabaya)
Hingga pada akhirnya pecahlah
Pertempuran 10 November karena pihak Indonesia tidak menghiraukan ultimatum.
Manserg :
Dimana senjata mereka? Dimana! (marah,
berbicara pada pasukannya)
Bung Tomo :
Kami tidak akan menyerahkan Surabaya kepada kalian! Langkahi dulu darah yang
berapi-api ini!
Manserg :
Kurang ajar! kalian akan takluk dalam tiga
hari ditanganku.
Pertempuran pun terjadi
Semua :
Serang!!!
Pada mulanya rakyat Surabaya berhasil
menekan sekutu, namun karena menghadapi senjata canggih, rakyat Surabaya pun
kewalahan. Perlawanan rakyat yang pada
awalnya dilakukan secara spontan dan tidak teratur, namun makin hari makin
teratur. Walau demikian, hingga
pada akhirnya Surabaya pun takluk dalam waktu tiga minggu.
Pada
tanggal 30 November 1945, sepanjang mata memandang bergelimpangan mayat
terbujur kaku, hangus, serpihan daging dari ribuan orang. Sekutu harus membayar sangat
mahal dalam penaklukan Surabaya ini.
Ratusan ribu orang menderita dan harus meninggalkan Surabaya, kebanyakan dari
mereka mengungsi ke Sidoardjo dan Mojokerto.
PERHATIAN: Untuk Perkataan KH
Hasyim Asy’ari dan Pidato Bung Tomo, serta Kesimpulan dari Pertempuran 10
November dalam naskah ini akan diterbitkan dalam artikel berbeda. Jika terdapat kekeliruan atau masukan silakan hubungi penulis